FYI : Film Tentang Muhammadiyah
Oleh : Nur Muhammad Arianto
Sebaga ormas Islam yang berdiri sejak 1912 M, Muhammadiyah turut menuangkan kiprahnya dalam berbagai film yang mengisahkan perjalanan dan perkembangannya hingga kiprah para tokohnya. Berikut rangkum beberapa film yang perlu menjadi teladan bagi kita semua.
Sang Pencerah
Film drama ditahun 2010 yang mengisahkan perjalanan kisah nyata tentang pendiri Muhammadiyah Kiai Ahmad Dahlan. Film ini disutradari oleh Hanung Bramantyo, Aktivis Muda Muhammadiyah yang sekaligus Alumnus SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta.
Film ini sarat dengan sejarah sebagai pelajaran yang dapat dipetik hingga masa kini terutama mengenai toleransi, koeksistensi (bekerjasama dengan yang berbeda keyakinan), kekerasan berbalut agama dan semangat perubahan yang kurang.
Sang Pencerah yang menjadi judul tersebut mengungkapkan sosok pahlawan nasional Kiai Dahlan dari sisi yang tidak banyak diketahui publik. Selain mendirikan Muhammadiyah, Kiai Dahlan dikenal tegas sebagai pembaharu Islam di Indonesia.
Nyai Ahmad Dahlan
Film ini merupakan film drama-biopik Indonesia yang dirilis pada 24 Agustus 2017 dan disutradari oleh Olla Atta Adonara. Film biopik ini mengisahkan tentang Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan yang dikenal sebagai tokoh emansipasi perempuan dan seorang istri pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan.
Nyai Dahlan sedari kecil sangat ingin mengenyam pendidikan hingga dewasa dan saat menikah dengan Kiai Dahlan. Lewat sosoknya yang diperankan oleh Tika Brivani, Nyai Dahlan adalah tokoh yang menentang kawan paksa. Kiprah terdidiknya menjadikan ia menjadi perempuan pertama yang pernah memimpin Kongres Muhammadiyah pada tahun 1926 dan ikut menjadi pendiri organisasi gerakan perempuan Sopo Tresno yang saat ini bernama ‘Aisyiyah.
Meniti 20 Hari
Film ini berkisah tentang perjalanan sosok Abdul Rozak (AR) Fachruddin dalam dakwahnya dari kota Palembang ke Medan saat akan menghadiri Kongres Muhammadiyah ke-28 pada tahun 1939. Rozak panggilan AR Fachrudin kala muda ditugasi melatih Hizbul Wathan di Palembang hingga akhirnya mendapatkan pesan untuk menghadiri kongres.
Film garapan sutadara Arimus Barianto yang dipersembahkan LSBO PP Muhammadiyah ini bertemakan pendidikan karakter yang bertujuan mendidik bagi kader-kader Muhammadiyah melalui sebuah perjalanan dakwah AR Fachrudin bersama Pandu Hizbul Wathan pada masa mudanya.
9 Putri Sejati
Film ini mengisahkan perempuan-perempuan muda di Kauman yang berusaha keluar dari kungkungan zaman. Diawal abad 19 perempuan hanya berkodrat di dapur, sumur, dan kasur sehingga selalu keberadaanya selalu terbelakang tidak ada ruang bagi mereka (perempuan).
Dengan bimbingan Kiai Dahlan dan Nyai Walidah, 9 Putri Sejati ini menjadi perempuan yang berbeda pada zamannya. Mulai perpendidikan lewat sekolah Belanda yang berkonotasi “sekolah kafir” (saat itu) hingga kiprahnya yang ikut memerangi buta aksara dan buta ilmu untuk kaum perempuan di lingkunganya.
Film ini merupakan film kedua persembahan dari LSBO PP Muhammadiyah yang dirilis sejak Desember 2018 dalam rangka mengangkat sejarah dan peranan perempuan Muhamamdiyah sebagai pelopor dalam memperjuangkan emansipasi dan kesetaraan hak perempuan di Indonesia.
Si Anak Kampung
Film Si Anak Kampoeng atau The Village Boy mengisahkan tentang kehidupan masa kecil tokoh Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif. Film yang disutradari oleh Damien Dematra berhasil menjadi film Asing terbaik di Ajang California Film Awards.
Bedurasi 108 menit, film ini menceritakan tentang kehidupan kecil Syafii Maarif, tokoh Muhammadiyah yang pernah menjabat sebagai Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP). Pi’i (sapaan akrab saat kecil) adalah putra Ma’rifah Rauf di Negeri Sumpur Kudus, Sumatera Barat.
Kehidupan sang bocah berputar pada kesehajaan keceriaan tentang belajar, memancing, menyambit rumput, dan membalak sampai kematian dan perang mengoyahkan kehidupannya. Akhirnya ia dipaksa berubah. Keputusannya mengambil jalan hidup ternyata mengubah perjalanan hidup selamanya.
Laskar Pelangi
Film yang dirilis pada 26 September 2008 ini merupakan adaptasi dari Novel ‘Laskar Pelangi’ yang ditulis Andrea Hirata. Film garapan sutradara Riri Riza ini menceritakan sepuluh anak yang berasal dari keluarga miskin yang ingin sekolah.
Namun, karena jumlah siswa tidak sampai sepuluh anak terpaksa harus dibubarkan. Hingga sampai waktunya, jumlah siswa mencapai 10 orang, sekolah SD Muhammadiyah itupun akhirnya dibuka. Banyak cerita dari tiap anak yang ingin menggapai cita-cita dalam sekolah tersebut dan menyebut diri mereka sebagai laskar pelangi.
Lewat film laskar pelangi kini replika sekolah SD Muhammadiyah Gantong di Belitung menjadi destinasi tempat wisata. Tempatnya yang reyot (rusak) menyimpan sebuah pesan inspiratif anak-anak yang ingin menggapai mimpi besar.
Jejak Langkah 2 Ulama
Film ini merupakan inisiasi dari Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) PP Muhammadiyah bersama Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Film Jejak Langkah 2 Ulama menceritakan perjalanan hidup 2 ulama besar nusantara yaitu Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Kiai Haji Hasyim Asy’ari.
Film ini memiliki pesan yang sangat kuat dan mendalam bahwa diantara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama memiliki ikatan sejarah, kekeluargaan, dan persaudaraan yangs angat kuat. Walaupun antara Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim terdepat perbedaan dalam urusan khilafiyahnya namun keduannya tidak pernah membedakan dan memperdebatkan paham keagamaan masing-masing.
Sang Pendekar
Film ini dirilis pada 31 Juli 2020 bertepatan dengan Milad Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Disurtadari oleh Ade Cecep Komarudin film ini mengisahkan kiprah tokoh Tapak Suci yang memiliki andil besar dalam memajukan perguruan silat Tapak Suci seperti Muhammad Sangidu yang berjibaku dalam mendirikan Muhammadiyah bersama Kiai Dahlan.
Film ini selain menceritakan sejarah perjalanan Tapak Suci juga serat akan nilai-nilai positif bahwa praktik ajaran Islam harus sepenuhnya murni dari al-qur’an dan sunnah. Ajaran Islam tidak ada kaitannya dengan ajaran mistik sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.
(Sumber : muhammadiyah.or.id)